RSS

SEKOLAH ALTERNATIF QORYAH THATIBAH SEBAGAI BENTUK KURANG PUASNYA WARGA NEGARA INDONESIA TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

SEKOLAH ALTERNATIF QORYAH THATIBAH SEBAGAI BENTUK KURANG PUASNYA WARGA NEGARA INDONESIA TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA?
Julia Aisyah
05/06/2011
“ Mereka yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi diri” kata seorang guru pendamping qaryah thayibah. Saat menyaksikan tayangan ulang wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa UNS yang pernah melakukan observasi ke ke sekolah itu, ya sekolah tanpa sekolah, begitu mereka kebanyakan menyebut sekolah qaryah thayibah itu, dikarenakan tempat yang memang berada didalam desa yang lumayan padat, kamu harus melewari gang-gang yang cukup sempit dan melewati beberap rumah warga untuk akhirnya bisa menemukan “sekolah” ini, dan sedikit pangling mungkin, kamu sudah melihat teman-teman dan dosen berhenti di suatu rumah sederhana, rumah yang sudah di beton berlantaikan keramik tehel hitam di bagian teras luarnya, dan terdapat tiang-tiang yang nampak belum sempura di plester, dan bangunan yang kelihatannya akan di bangun 3 tingkat itu sudah lama didirikan namun belum selesai2, dan kamu tahu itu adalah rumah yang kita tuju ternyata, itulah ” sekolah” qaryah thayibah yang kita cari-cari dan kita penasan dengan sekolah itu yang katanya mampu melahirkan anak-anak yang berdedikasi setingkat dengan anak-anak formal (Negeri) bahkan mahasiswa pada umumnya, tidak nampak plank di “sekolah” itu, tak nampak pula bangunan bertingkat atau bangunan megah disana, sebagaimana sekolah pada umumnya yang membuat kamu pangling tadi, yang mungkin sempat bertanya2 dalam hati “ nih orang kok udah pada berhenti disini?, SEKOLAHnya mana? “ ^_^,,pertanyaan yang sedikit masuk akal menurut penulis, karena yang kita cari adalah “ SEKOLAH” da yang terframe dalam otak kita adalah sekolah-sekolah pada umumnya yang memiliki pagar di setiap sisi dan sudut sekolahnya, yang di cat indah dan serapi mungkin, namun bukan berarti “sekolah” qaryah thayibah ini tidak rapi dunk.^_^V
            Ya. . . begitulah gambaran fisik dari sekolah ini, didepannnya banyak pohon-pohon dan ada tempat beristirahat di sedelah kanan bangunanya, yang pada saat itu, ada beberapa pndamping yang lagi berlaptop ria bersama bbrpa siswanya juga..
The next,, mungkin teman-teman bertanya-tanya, “ apa sih kelebihan dan keunggulan atau orientasi dari sekolah ini? “ ..Bahwa di sekolah ini ternyata menggunakan sistem atau pola ajar “ ANAK sebagai subjek pembelajaran, dan anak bebas menjadi apa yang di ingikannya”.tutur pak Bahruddin selaku kepala sekolah Qaryah Thayibah.
itulah kelebihan dari sekolah ini, ANAK IS THE NUMBER ONE, tidak ada paksaan dan kekangan yang bererti disini, kamu mau jadi apa, kami yang akan mendampingi dan mengarahkan, namun “ mengarahkan” disini bukan berarti diarahkan erus menerus, karena nanti siswa tidak akan berkembang. Tidak ada “ GURU” disini yang ada hanyalah “ “PENDAMPING”. Kenapa mereka tidak ingin disebut guru, silahkan lanjut bacanya yahh..:-). Sekolah Alternatif Qaryah thayibah ini berpijak pada 2 PRINSIP yaitu :
1.  Berpijak pada konteks kehidupan moran dan (KBK), kalau kita (pemerintah) namanya KBK (kurikulum Berbasi Kompetensi ) namun kalau mereka KBK itu adalah “ Kurikulum Berbasi Kultural”, dan berpijak pada konterks kehidupan lokal.
2.  Berpusat pada si pembelajar, maksudnya adalah pembelajaran yang diterima oleh anak selalu di sesuaikan dengan kecerdasan si anak, guru pendamping dan sekolah adalah pendukung nomer satu apa yang anak mau. Kehadiran pendukung selalu dirindukan disini. Walaupun mendukung tidak harus lebih pinter dan tidak harus menguasai segala hal. Sedangkan “ GURU” memposisikan anak sebagai objek pengajar, jika anak dijadikan objek pengajar, anak akan malas dan cenderung senang jika “guru” tidak masuk kelas, atau bahkan ada malah “guru” sampai di do’akan sakit perut, dan dido’ain macam-macam agar tidak masuk kelas dan mengajar. Dari sini sebenarnya “timbul tanda tanya” besar, ada apa dengan sistem pendidikan di Indonesia ?????
karena masih belum mampu menyadarkan siswa atau bahkan mahasiswa untuk sadar belajar dan menerima guru dan dosen sebagai “ pendukung” masa depan mereka. Tapi kenapa guru seolah-olah menjadi sosok yang sangat tidak diharapkan, dan bahkan di do’a2kan seorti layaknya diatas.na’udzubillah.. Tidak seperti di Qatyah thayibah, “kehadiran pendukung selalu dirindukan”. Akankah guru-guru dan dosen kita sudah kita rindukan selalu kehadirannya???,,hmmm, tidak termasuk alasan merindukan karena emang  “ suka” atau karena bapaknya tampan atau cantik lhooo...@_@
            Pasti telintas dalam benak pembaca, “ Kenapa QT(Qaryah Thayibah) harus berpijak pada konteks kehidupan lokal? Tidak muluk pak Bahruddin menjawab  ” karena dia akan terjun ke kehidupan. ‘Belajar’ pada dasarnya dalam rangka mempertahankan dan memuliakan kehidupan. ” Singkat beliau menjawab namun membuat tanda tanya berkeliling di kepala kita, apakah di zaman modern yang serba canggih ini cukup hanya itu alasannya untuk tidak menyekolahkan anak di sekolah formal?. “ Orientasi pada pengetahuan adalah bertentangan pada kehidupan. Belajar pada kebutuhan kehidupan. Pembelajar akan mampu berpikir mandiri dan produktif” lanjut beliau.
Jika ada asap tentulah ada api... ya gak...???, iya donk...:), bukan asap rokok loh..^_~. Sekolah Altenatif ini muncul bukan semata-mata turun ide dari langit, bukan semata-mata karena nyoba-nyoba dan pengen sesutu yang baru, tapi lebih dari itu, pasti ada ketidak sinkronan yang terjadi di duni pendidikan kita, entah itu dari statement bahwa orang miskin dilarang sekolah, atau bahkan kurikulum pendidikan yang kurang menjuru. Guru seni musik Qt menuturkan bahwa  KTSP itu sudah merubah paradigma tidak ada lagi teaching tapi sudah menjadi learning, dan tidak ada lagi instruktif tapi sudah fasilitatif,  KTSP di Indonesia memang sudah ideal, tapi kenyataannya tidak begitu. Bener gak??ah.. jangan-jangan kamu gak pahama lagi apa itu KTSP?? Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahu,,Gaul dunk...heheh.(^_^)V..
“ pemerintah setengah-setengah menerapkan KTSP” tutur pak Bahruddin, apa maksudnya setengah2? Ada yang tahu . tentu tidak ada yang tahu, karena ini ka  pendapatnya pak Bahruddin..eits gak boleh ngambek, yuk lanjut baca...
“ pemerintah  pusat menargetkan sekian untuk standard kelulusan ataupun standars kompetensi dasar yang ditergetkan pemerintah, sedangkan kebijakan kedaerah-daerah pusat menyatakan silahkan belajar sesuai kreasi, tapi yang di pakai adalah standars nasional” lanjut beliau..” Upaya penyeragaman itu kuno, tidak bisa orang desa disamaka dengan kota, ana jalanan dengan anak dari keluaraga elit” papar Bahruddin lagi.
“ Persamaan HAM, Merampas HAK”, lanjut Bahruddin,  ad ayng bisa mencerna kata-kata itu?... hmmmm pikir sendiri dulu yah...^_^
Sejauh ini kita pasti ingin tahu harapan dari pengelola dati sekolah Alternatif QT ini, yang sudah melahirkan generasi-generasi mandiri, dan tentunya tidak juga ketinggalan dalam teknologi, buktinya mereka mampu membuat film, dan bahkan jadi penulis. Prestasi yang luar biasa,, ayo kita berkaca diri,siswa/i maupun mahasiswa/i apakah kita bisa setara dengan merekan atau bahkan lebih????,, ayoo buktikan..^-6, jangan Cuma bengong, ambil kertas dan tuliskan cita-citamu, kemudian torehkan tiu menjadi sejarah hidupmu.
“ Berharap tidak ada lagi aturan yang sangat kaku dari pusat, diberikan keluasan seluas2nya untuk melaksanakan pembelajaran, karena itu akan membuat anak menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan produktif, saya yakin Indonesia akan maju dengah ini, walaupun mungkin ini hanya mimpi” tutur salah satu bapak pendamping QT.
Satu hal yang sedikit menggelitik disini, “ tidak memilih UN, tapi mendirikan Universitas Kehidupan” , penulis sendiri masih penasaran, bukti real atau sistem seperti apa di Universitas kehidupan ini? Penasaran,, tunggu berita selanjutnya ya,,,,,
to be continue,,,,insyaAllah....
·         Kunjungan tanggal 04/06/2011
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar