RSS

Belajar dari ustadz Rahmat Abdullah dalam masalah kontemporer jamaah

Berikut percakapan Ustadz Rahmat Abdullah dalam film Sang Murabbi.
“Ane mau curhat nih stad. Ane liat nih Sekarang ngajinya dah pada kendor, tiap liqo yang diomongin politil mulu. Kayanya ga ada omongan selain itu.” Kata mabruri.
Ustadz Rahmat berkata, “Ane paham apa yang antum rasakan, dan temen-temen rasakan. Jadi, ane pengen cerita nih, akh mabruri, tentang monyet,”
“Monyet? Emang kita monyet?” Tanya Mabruri.
Ustadz berkata, “Bukan, maksudnya, ni ibarat, jadi gini, akh mabruri, jadi ada seekor monyet ni. Akh mabruri. Dia naek trus sampe ke pucuk pohon kelapa. Tapi diem-diem ada 3 jenis angin nih yang bukan sembarangan nih angin, ada angin topan, angin bahorok, angin puting beliung. Siap nih, ngincer tu monyet. Siap nih. Plan-plan, plek. Kaga jatoh!”
“Makin kenceng,” Sela Mabruri.
“Makin kenceng aje pagangannnya. Tapi dateng nih, akh mabruri, angin yang sepoi-sepoi nih dateng deh, pelan-pelan, pelan-pelan, diincer tuh ubun-ubunnya tuh monyet diincer. Seeet, seer ngeriep-ngeriep tu monyet, matanya ga ngeliat lagi dah, tangan lepas dah, itungan berapa detik, jatoh dah.” Lanjut Ustadz.
“Jatoh, stad?” Kata Mabruri.
“Subhanallah, akh mabruri, nah ibaratnye begitulah tantangan dakwah kita. Jadi klo kita di uji sama yang sempit, kesedihan, kemiskinan, kuat kita, akh mabrur. Tapi klo kt di uji sma ksenagan, akh mabruri, sebentar doang, plek, jatoh dah. Jadi kesimpulannya nih, akh mabruri, antum jangan jadi monyet.” Ustadz mengakhiri.
Percakapan lain antara Mabruri dengan Ustadz Rahmat Abdullah
“Temen-temen gimana kabar?” Ustadz bertanya.
“Begitulah ustadz, makin jadi-jadi aje. Ngomongnya politik melulu. Ngajinya makan lemah, hamasah sama ruhiyahnya makin tips tuh stad, gimana yah?” Jawab Mabruri
“Akh, antum ingatkan deh, likullim marhaatin rijaluha wa likullim marhaatin masaakiluha. Jadi, setiap marhalah itu ada rijalnya, setiap marhalah ada masalahnya. Jadi, kita, masing-masing kita, ada cobaannya dari Allah swt. Begitu juga dakwah kita. Obatnya, mabruri, adalah kesabaran, keikhlasan antum, pengorbanan teman-teman, dan kita kembali ke asholah dakwah. Kita ngapain dakwah ini, kita cemplung dakwah ini, kita habis-habisan dakwah ini. Kenapa? Karena Allah saja. Kita inget bagaimana Kata Allah swt, bagaimana kata rasul. Udah selesai…” Jelas Ustadz.
“Kita ini udah Gatel stad,” Mabruri menyanggah.
“Paham, paham” Ustadz bicara.
“Keadaannya udah kaya meledak begitu,” Lanjut Mabruri.
“Paham, paham ane. Shobron ‘ala shobron. Antum berikan sabar diatas sabar kepada Allah swt. Allah akan segera dateng dengan jalan keluarnya.” Ustadz Mengakhiri tausiyahnya.
Sedikit saja analisis penjelasan.
Ikhwah fillah, kejadian yang saat ini banyak dibicarakan, ternyata sudah terjadi pada masa Ustadz Rahmat. Namun, ustadz Rahmat menjelaskan dengan sabar dengan penjelasan diatas. Mungkin ini juga yang dilakukan oleh Ustadz Hidayat dan para asatidz lainnya dalam menaggapi masalah ini. Maka, murabbi ane juga mengatakan bahwa periode ini, kita memperkuat kembali kaderisasi kita, menguatkan iman dan ruhiyah kita. Memang, satu mihwar dengan mihwar yang lain tidak boleh putus, mungkin hanya beda proporsi. Namun, hemat ane, mihwar muasasi perlu proporsi yang sangat besar walau mihwar telah berganti.
Ustadz Rahmat juga tidak keluar dari jamaah seperti banyak yang saudara kita lakukan. Shobron ‘ala shobron. Inilah tantangan, bukan dihindari, tapi diselsaikan. Ustadz rahmat juga bercerita tentang seorang al-akh yang dua kali tidak hadir karena ada ayahnya datang dan pekan berikutnya ibunya datang. Allah tidak akan memberikan ujian tambahan jika kita tidak lulus pada ujian pertama. Jika ujian sekarang tidak bisa kita lalui, maka tidak dapat kita pastikan dengan baik bahwa kita bisa melewati ujian berikutnya.
Maka, tidak layak jika seorang akh mengatakan, “Jika Ustadz Rahmat Abdullah masih hidup,,,,” untuk mengkritisi kondisi ummat sekarang. Bahwasannya Ustadz Rahmat telah wafat, namun taujihnya masih bisa kita rasakan. Sebagimana perkataan Abu Bakar dalam menangani masalah Umar yang tidak mempercayai wafatnya Rasulullah. Jamaah ini tidak bergantung pada sesosok manusia, even itu Ustadz Rahmat.
Inilah tantangan dakwah dan diri kita. Selesaikan, dan kita akan mendapatkan tantangan berikutnya yang lebih besar.
Alhamdulillah, Allah mengizinkan ane untuk mendownload film ini sehingga bisa menjadi charger jika masalah dalam jamaah selalu hadir. Teringat dengan buku-buku dan tulisan-tulisan beliau. Ada baiknya, kita mengulang beberapa kata-katanya yang ringan namun berat. Tentu dengan tidak melebihi konsentrasi kita pada Allah dan Rasulnya.
Wallahu A’lam
mengutip dr "ruang belajar garakan intelektual"..subhanallah, syukran
sumber: http://thechangemaker.wordpress.com/2011/04/15/belajar-dari-ustadz-rahmat-abdullah-dalam-masalah-kontemporer-jamaah/
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS